Peneguhan
prinsip ini telah membebaskan manusia dari kecenderungan untuk membuat
sekutu dengan Tuhannya (syirik). sebagaimana yang dilakukan oleh
orang-orang jahiliah yang melakukan kemusrikan dengan menyembah berhala
dan tuhan-tuhan yang diciptakan oleh dirinya sendiri. Demikian pula
kemusrikan yang dilakukan manusia modern dengan menciptakan tuhan-tuhan
baru dalam kehidupannya. Diantaranya pendewaan akal, penuhanan nafsu,
penuhanan harta benda, dan pendewaan manusia serta kekuasaan.
Karena
menuhankan sesuatu yang bukan tuhan, menyebabkan orang-orang pada zaman
jahiliah dan zaman modern menjadi sesat dan hina, mereka menjalani
kesesatan yang tidak disadari akan merugikandam menyengsarakan
kehidupannya di dunia dan di akhirat.
Segala
bentuk-bentuk kemusrikan adalah merupakan kedholiman yang besar dalam
kahidupan manusia. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Al Luqman;(13).
Hamba Allah yang selalu konsisten dengan iman dan amal sholeh akan
membebaskan manusia dari perbudakan. Ia terbebas dari berbagai ikatan
yang membelenggu dirinya untuk sampai kepada kebenaran. Seseorang yang
dikuasai oleh sesuatu, ia telah menjadi hamba sahaya, dan karenanya ia
menghamba kepadanya. Mereka tidak mampu melepaskan diri dari
ketergantungan dari sesuatu yang menguasai dirinya. Lain halnya dengan
hamba Allah, ia tetap aksis karena prinsip dan sikap yang diambilnya
dengan istiqomah.
Realitas
kehidupan modern tidak memberikan pengaruh negatif bagi hamba Allah
untuk menunjukan eksistensinya dalam kehidupan. Berbagai tantangan
kehidupan dihadapinya dengan penuh keyakinan dan menjunjung tinggi
nilai-nilai kebenaran dan keadilan.
Ia
dapat hidup dengan eksis di tengah-tengah masyarakat dan bergaul dengan
mereka secara harmonis tanpa harus larut dalam arus kehidupan yang
menyesatkan. Hamba Allah dengan teguh menegakkan nilai-nilai tauhid,
ajaran-ajaran kebenaran cara-cara dan sikap hidup yang menghantarkan
manusia pada kemenangan dan kemuliaan yang diridai.
Hamba
Allah senantiasa menjadi teladan dalam hidup bermasyarakat, dengan
sabar dan tekun ia membimbing masyarakat untuk menjadi hamba Allah
bersamanya. Amar ma’ruf nahi munkar menjadi prinsip dasar yang
dikembangkan, untuk membawa masyarakat dalam kehidupan yang penuh
kebahagiaan, kedamaian, dan kepasrahan yang diridai Allah.
Ibadah Menjadi Tolok Ukur Ketaatan
Ibadah
kepada Allah merupakan kewajiban manusia selaku makhluk kepada Allah
dan menjadi pilar keberagaman seseorang. Ibadah pada dasarnya adalah
proses latihan yang agung untuk membentuk kepribadian [character building]
dan meluruskan akhlak. KeIslaman seseorang sangat ditentukan pada
kesadaran dirinya untuk melaksanakan ibadah, yang yang menjadi parameter
kepribadian seseorang.
Ibadah
sebagai ketentuan yang dibentuk dari komponen atau rukun-rukun Islam
yang mendasar. Pelaksanaannya memiliki signifikansi dalam mengukur kadar
keIslaman sekaligus sebagai manifestasi kedirian seseorang dalam
beragama.
Apabila
dilihat dari segi proses, pelaksanaan ibadah merupakan bagian dari
proses yang agung dalam pembentukan karakter manusia. Pelaksanaan ini
pada dasarnya pengakuan yang langsung diaktualisasikan dalam bentuk
tindakan dari keagungan Allah sebagai Dzat yang menciptakan dan mengatur
kehidupan manusia.
Allah
menggariskan ajaran syari’at sebagai garis yang menuntun manusia untuk
melakukan kewajibannya selaku makhluk. Ketentuan Allah ini digambarkan
dalam ketentuan-ketentuan syari’at, yang substansinya merupakan jalan
yang membimbing manusia agar tidak melenceng tetapi tetap dalam garis
yang telah dimaksudkan[shirotol mustaqim].
Syari’at,
dalam pengertian yang luas adalah ajaran Islam atau agama Islam itu
sendiri. Secara lughawy, berarti jalan dan dalam kaidah hukum, syari’at
ini berarti ketentuan-ketentuan hukum Allah untuk mengatur manusia dalam
kehidupan sehari-harinya sehingga tidak melanggar garis-garis yang
ditentukan Allah.
Penerapan syariah dalam kehidupan manusia sekurang-kurangnya memiliki tiga asas. pertama,
asas melaksanakan hak Allah. Kewajiban manusia adalah melakukan ibadah
kepada Allah di muka bumi. Melakukan ibadah ini, merupakan hak Allah.
Maka melakukan ritus keagamaan dalam hal ini adalah bagian yang harus
dilakukan manusia kepada Allah dalam kapasitas dirinya selaku makhluk.
Sebagai makhluk, tentu saja manusia harus ridha atas apa yang diperbuat
Allah. Tidak ada hak untuk manusia melakukan protes atas apa yang
menimpa dirinya. Hak manusia dalam hal ini hanya meminta atau berdoa
pada-Nya. Ibadah, memang bukan semata-mata cerminan dari kewajiban
manusia yang asasi sifatnya kepada Allah, tetapi juga merupakan
pengakuan dan wahana untuk manusia memanjatkan puji syukur atas nikmat
yang telah diberikan.
Kedua,
asas pelaksanaan, artinya dalam pelaksanaan ibadah terkandung makna
bahwa manusia yang melakukan ibadah, merelakan dirinya dengan apa yang
dikerjakan Allah atas dirinya. Suatu penyerahan total dari manusia bahwa
hidup hanya yang diridhai oleh Allah saja. Perbuatan yang melanggar dan
bertentangan dengan garis-garis-Nya,pasti tidak akan mengerjakan hanya
semata-mata takut tidak mendapat ridha Allah Swt
Ketiga,
pelaksanaan ibadah juga didalamnya mengandung asas tentang pengakuan
manusia kepada Allah sebagai Dzat Pencipta segala sesuatu. Pencipta dan
Pemberi kepada semua ciptaan-Nya. Maka wajib bagi manusia untuk
menyembah dan memanjatkan puji syukur atas nikmat yang diberikan dala
kehidupan sehari-hari.
Ibadah Sebagai Bekal Hidup
Umat
Muhammad merupakan manusia yang umurnya relatif paling pendek, karena
itu seyoganya tidak dihabiskan hanya untuk mencari kenikmatan dunia
saja, tidak menyadari kalau hidup di dunia ini pada dasarnya satu
terminal dari perjalanan yang masih panjang. Tak ubahnya sebuah
persinggahan dan numpang lewat saja untuk pengembaraan menuju dunia
lain, kebanyakan orang tidak menyadari masalah ini.
Orang
yang hanya memuaskan kesenangan dunia, karena dirinya tidak mengenal
secara mendalam ajaran agama. Seumur hidupnya hanya dihabiskan untuk
mengejar keduniaan yang tidak jelas pangkal ujungnya. Mereka menyangka,
risalah kemanusiaan itu terkekang oleh batas umur sehingga mereka
melupakan ibadah, kewajiban manusia selama hayat dikandung badan.
Apabila hidup didunia hanya untuk makan, maka tak ubahnya dengan pola
kehidupan binatang.
Orang
yang memiliki pandangan bahwa hidup didunia hanya untuk kesenangan,
maka seratus persen bertolak belakang dengan orang yang masuk
kualifikasi hamba Allah. Baginya kehidupan dunia ini kecil, dipandang
sebagai perjalanan yang diresapi penuh secara kejiwaan. Dari pandangan
ini melekat kesadaran untuk selalu mendekat dengan Allah. Ibadah
merupakan salah satu jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Hamba
Allah betul-betul menjadikan ibadah sebagai tujuan hidup di dunia.
Karena itu hamba Allah memiliki kadar kedekatan yang sangat erat dengan
Allah. Dalam dirinya tidak ada alasan untuk tidak mendekatkan diri
kepada Allah, manusia sebagai makhluk, kemudian kesadaran menghamba yang
menguatkan hubungan dengan Allah.
Upaya
ini ditempuh tidak lain hanya untuk mendapatkan keutamaan dari Allah.
Sehingga seorang hamba akan terbebas dari segala bentuk siksaan yang
dijanjikan Allah. Hidup bagi seorang hamba merupakan manifestasi dari
ibadah. Karena itu seorang hamba selalu menjaga dirinya dari segala
sesuatu yang bisa merusak citra dan kadar hubungan dirinya dengan Allah.
Seorang hamba selalu menjaga syahadat dan sikap tauhidnya, dari
kemungkinan-kemungkinan intervensi atau debu yang bisa merusak dan
menggoyahkan keimanan.
Bagi
seseorang yang mengemban perintah Allah Swt, menjaga sikap tauhid
merupakan wujud perjuangan untuk tetap dekat kepada Allah Swt. Setiap
hamba Allah menyadari bahwa segala tindakan yang dilakukan akan kembali
kepada dirinya. Apabilai lalai, maka dengan kelalaiannya itu,
menjadikan tindakannya tidak dikehendaki Allah. Akibatnya tindakannya
selama hidup didunia ini benar-benar kosong, tidak bermakna dihadapan
Allah Swt sedikitpun.
Dalam Hadis Qudsi Allah Swt berfirman “Apabila
di antara kalian kompak akan membangkang kepada-Ku. Maka tidak akan
berkurang sedikitpun keagungan-Ku, dan seandainya yang awal di antaramu
dan yang akhir diantaramu mereka kompak taat terhadap-Ku maka tidak akan
menambah keagungan-Ku sedikitpun”.
Hadis
Qudsi ini dengan jelas mengisyaratkan dan menegaskan bahwa keagungan
Allah tidak akan terusik dan terganggu dengan kegiatan manusia. Apakah
ia menjalankan atau menentang perintah-Nya. Manusia tidak akan dapat
mempengaruhi eksistensi Tuhanya, namun sebaliknya keberadaan Tuhan akan
mendominasi keberadaan manusia, karena itu sudah sepatutnya manusia
harus mengabdikan diri dalam totalitas kehidupan untuk mendapatkan Ridlo
Allah.
REFLEKSI DAN ANALISIS KASUS
1. Jika
kamu melihat seseorang yang sehari harinya hanya berdoa didalam
Masjid, melaksanakan salat, membaca Al-Qur’an dan berzikir. Ia tidak
memikirkan mencari nafkah, untuk kebutuhan istri, anak dan keluarganya
yang membutuhkan banyak biaya yang harus dipenuhi. misalnya biaya
pendidikan, makan, sandang padan dan lainya.Ia mengerti bahwa hidup itu
hanya sekali dan tidak berulang kembali.Bagaimana penilaian kita
terhadap sikap orang tersebut?
2. Mas
Deqqi Montewu seorang remaja muslim, ia tergolong remaja yang rajin
belajar dan aktif dalam berbagai kegiatan disekolah dan dilingkungan
rumah tempat tinggalnya. Ia sering sibuk menyelesaikan tugas-tugas
sekolah dan kegiatan lapangan bersama teman bermainya. Karena
kesibukanya,ia sering melupakan waktu , terutama waktu istirahat dan
waktu salat. Kebiasaan mas Deqqi sudah diketahui oleh kedua orang
tuanya.Orang tua berusaha mencari saat yang tepat untuk memperingatkan
Deqqi.Tibalah suatu saat Deqqi pulang menjelang magrib kehujanan basah
kuyub. Ia dibiarkan orang tuanya, sampai akhirnya menjelang tengah malam
Deqqi masuk angin, maka orang tuanya datang dan memberi pertolongan
seraya mengingatkan Deqqi agar tahu diri dalam memanfaatkan waktu
mudanya.Namun Deqqi tidak berterimakasih , bahkan marah-marah, ia
nyatakan bahwa ia sangat tahu apa yang harus dilakukan, orang tua tidak
perlu ikut campur urusan orang muda.Orang tuanya diam dan meninggalkan
kamarnya. Bagaimana sikap Deqqi terhadap orang tuanya, dan bagaimana
tanggung jawabnya sebagai hamba Allah ?
3. Pak
Imaduddin Rahman adalah seorang tokoh masyarakat, Ia dikenal sebagai
orang kaya dikampungnya, namun tidak sombong dan membanggakan
hartanya.Ia rajin kemasjid dan bahkan menjadi pengurus ta’mir. Ia
tergolong orang yang rajin dan sukses dalam bekerja, tekun beribadah dan
suka membantu sesama yang memerlukan pertolongannya, ia dikenal
memiliki keluhuran budi dan kearifan, ia memiliki prinsip bahwa segala
kebaikan yang dilakukan pasti akan mendapatkan balasan kemuliaan dari
Tuhannya.Namun demikian pak Imaduddin Rahman nampak marah-marah karena
ia melihat seorang pemuda yang sedang teler tak sadarkan diri
diemperan masjid sambil merintih meminta tolong. Seiring dengan
perasaan jengkel dan kesal ia tolong pemuda yang teler, sambil berguman
“sadarlah , mumpung kamu masih hidup, jangan habiskan mudamu hanya untuk
teler”.Bagaimana penilaian terhadap sosok pak Imaduddin, hubungkan
penilaianmu dengan pengalaman pribadi atau pengalaman oranglain yang
pernah didengar atau dilihat, kaitkan penilaian dengan sosok hamba Allah
yang Ideal !
4. Mas
Dede pelajar rajin belajar dan tekun beribadah ia dapat menyelesaikan
tugas-tugas belajar dengan lancar dan baik secara mandiri, tanpa
bergantung pada orang lain. Namun dimata teman-temannya Mas Dede
terkesan egois karena ia kurang akrab dalam pergaulan dan mengabaikan
teman yang meminta tolong padanya. Bagaimana tanggapanmu tentang sikap
sosial mas Dede bila dikaitkan dengan fungsi sosial salat ?
5. Mbak
Yunia seorang pelajar yang dikenal ramah serta akrab dengan
teman-temannya ia suka membantu teman-teman yang memerlukan karena Yunia
memang dari keluarga yang cukup mampu dan tergolong anak yang pintar,
namun demikian Yunia tergolong siswi yang kurang tekun beribadah.
Melaksanakan salat hanya saat-saat ia merasa perlu. Bagaimana
tanggapanmu tentang sikap sosial Yunia bila dikaitkan dengan ibadah
salatnya ?
6. Pak
Kamaludin dikenal tekun dalam menjalankan ibadah salat, terlebih lagi
salat malam, ia sebagai orang kaya yang dermawan dilingkungan
kampungnya. Ia menyadari hidup ini harus berbagi kesenangan dengan
sesama yang memerlukan. Harta adalah titipan Tuhan dan hidup ini adalah
untuk Tuhan. Memperhatikan sesama adalah kemuliaan diisisinya. Bagaimana
tanggapanmu terhadap profil Pak Kamaludin ?
7. Memaknai
salat dalam kehidupan memerlukan kesungguhan dan perjuangan maka tidak
semua orang salatnya sempurna. Didik seorang pemuda yang rajin salat
dimasjid, suatu ketika Didik mengalami kesulitan masalah biaya berobat
Ibunya yang sedang sakit, ia sudah berusaha berbagai jalan tetapi tidak
terpecahkan. Ketika Didik selesai salat Jum’ah ia menemukan dompet yang
terjatuh berisi uang dan surah identitas pemilik. Didik terpikir kalau
dompet dikembalikan pada empunya ia takut dikira mencuri. Kalau
diserahkan polisi ia berpikir jangan-jangan polisi hanya menikmatinya.
Karena ia juga perlu uang, maka akhirnya uang satu juta dalam dompet
diambil kemudian dompetnya dilemparkan kedepan pos jaga polisi.
Bagaimana tanggapanmu tentang sikap Didik ? Bila dikaitkan dengan
ketekunannya beribadah .
8. Pak
Amir Santoso seorang pejabat dan usahawan yang sukses ia seorang kepala
kantor yang yang cukup bergengsi, karena kelihaiannya sebagai pejabat
ia berhasil mendirikan CV yang bergerak dalam bidang konstruksi.
Sehingga semua tender pekerjaan selalu dapat diraih oleh CV Amir
Santoso. Akhirnya jadilah Pak Amir Santoso sebagai konglomerat yang
menguasai berbagai sektor bisnis lainnya. Karena banyaknya urusan baik
dikantor atau diluar kantor Pak Amir merasa tidak tenang dalam hidupnya
,terlebih lagi ketika menjalankan salat ia tidak bisa khusuk dan hampa
spiritual. Bagaimana tanggapanmu dengan sikap Pak Amir Santoso sebagai
pejabat, konglomerat dan hamba yang beribadah salat.
0 komentar:
Posting Komentar